Pages

Powered By Blogger

9/27/14

EKOSISTEM AIR

EKOSISTEM AIR | Ekosistem Sungai dan Ekosistem Laut


Pengertian dan definisi dari Ekosistem Air adalah ekosistem yang faktor lingkungan eksternalnya didominasi oleh air sebagai habitat dari berbagai organisme air. Ekosistem air dapat dibedakan menjadi beberapa ekosistem yaitu :
a. Ekosistem Sungai (ekosistem air tawar)
Untuk dapat membedakan dengan ekosistem lainnya perlu diketahui Ciri-ciri ekosistem air tawar dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Salinitas (kadar garam) rendah, lebih rendah jika dibandingkan dengan sitoplasma
  2. Variasi suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar
  3. Penetrasi (masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang
  4. Ekosistem air tawar tetap dipengaruhin oleh iklim dan cuaca, meskipun pengaruh tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem darat.
Berdasarkan gerak airnya, ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi ekosistem lentik dan lotik.
Ekosistem Lentik adalah ekosistem yang airnya tenang atau diam, misalnya danau, telaga dan rawa.
Ekosistem Lotik adalah ekosistem yang airnya bergerak mengalir, misalnya selokan, parit, atau sungai. Ciri-ciri ekosistem lotik adalah airnya mengalir, merupakan ekosistem terbuka dari kadar oksigen terlarut relatif tinggi.
Aliran air dalam ekosistem lotik merupakan faktor pembatas bagi organisme yang ada di dalamnya. Artinya organisme yang tidak dapat melakukan adaptasi terhadap adanya aliran air akan tersingkir. Aliran ini juga dapat menjadi penentu jenis dan komposisi komponen biotik dalam ekosistem. Aliran air tergantung pada topografi, besarnya sungai dan debit air yang mengalir. Misalnya, jenis organisme di pinggir sungai berbeda dengan jenis organisme di dalam atau di dasar sungai.
Air ekosistem lotik tidak tetap, melainkan berubah tergantung pada musim. Di pulau Jawa, pada umumnya air sungai keruh dan banjir di musim hujan sedangkan di musim kemarau airnya kecil dan bahkan mengering. Keadaan ini merupakan suatu indikator adanya kerusakan ekosistem darat didaerah hulu sungai.
Sebagai suatu Ekosistem terbuka. Ekosistem lotik memperoleh kiriman bahan organik yang terbawa aliran air dari daerah hulu atau daratan misalnya, berupa bangkai, sampah atau daun-daun yang gugur ke sungai. Meskipun dari ekosistem lotik itu sendiri hewan-hewan dapat memperoleh makanan, beberapa hewan sungai ada yang memakan bahan organik yang terbawa aliran air. Jadi, ekosistem lotik mendapat pengaruh yang besar dari ekosistem daratan.
Sebagai ekosistem yang mobil, aliran air memudahkan terjadinya persentuhan antara permukaan air yang luas dengan udara. Apalagi, jika disepanjang ekosistem lotik terdapat jeram, riak-riak kecil, dan air terjun. Keadaan yang demikian menyebabkan kadar oksigen terlarut relatif tinggi. Tingginya kadar oksigen memberikan kondisi pada hewan-hewan sungai untuk hidup dilingkungan yang cukup oksigen, sehingga mereka menjadi peka terhadap kekurangan oksigen. Adanya bahan pencemar yang dapat mereduksi (mengurangi) oksigen terlarut dapat menimbulkan bencana bagi hewan air itu.
Indonesia merupakan negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau yang dikelilingi oleh lautan. Ekosistem laut Indonesia sangat menentukan iklim (suhu, kelembapan, angin), flora dan fauna serta kehidupan penduduk. Luas perairan laut di daerah pesisir dapat dilihat di bawah ini :
Laut :
  1. perairan teritorial (sampai batas 12 mil laut): 5,1 x 106 km2
  2. paparan benua (sampai kedalaman 200 m): 3,0 x 106 km2
  3. ekonomi ekslusif 200 mil : 2,7x 106 km2
Wilayah Pesisir :
  1. panjang pantai : 81 x 1012 km2
  2. hutan payau : 10 x 106 km2
  3. hutan bakau : 3,6 x 106 km2
  4. tambak : 183 x 1012 km2
Ekosistem Laut memiliki sifat khas yang tidak dimiliki oleh ekosistem lainnya. Sifat-sifat itu antara lain sebagai berikut :
  1. berkadar garam sekitar 0,3% yang mirip dengan kepekatan protoplasma
  2. terdapat kehidupan disemua kedalaman, kecuali di dasar laut yang sangat dalam
  3. ekosistem laut saling bersambungan, dan memiliki kemungkinan untuk bercampur karena adanya sirkulasi air laut
  4. rantai makanan relatif panjang dengan kata lain, disepanjang rantai makanan terjadi pemboroson energi.
Lautan Indonesia merupakan lautan tropik, dengan suhu di lapisan permukaan yang relatif tinggi yaitu 26-30 C, sementara di lapisan lebih dalam suhunya lebih rendah. Cahaya matahari menciptakan stratifikasi termal secara vertikal. Maksudnya, suhu air laut dipermukaan relatif tinggi dan semakin kedalam suhunya semakin rendah. Karena daerah permukaan air laut cukup menerima cahaya matahari sepanjang tahun, maka produktifitas produser (fitoplankton) cukup tinggi. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi, yang mengakibatkan lapisan pemukaan laut memiliki kadar garam rendah, berkisar antara 27 – 33 %o, sedangkan di bagian lebih dalam kadar garamnya lebih tinggi. Ekosistem laut lebih stabil terhadap pengaruh musim dibandingkan ekosistem darat.
Seperti halnya hutan tropik, lautan tropik, memiliki keanekaragaman yang tinggi, namun besarnya populasi masing-masing spesies rendah. Oleh karena itu, bentuk rantai makanan di perairan Indonesia menjadi kompleks. Hal ini berbeda dengan lautan subtropik yang memiliki keanakaragaman rendah tetapi jumlah populasi spesiesnya tinggi. Di daerah pantai di Indonesia berkembang komunitas hayati yang khas, misalnya terumbu karang, hutan payau (mangrove), dan rumput laut.
Di dalam ekosistem laut terdapat stratifikasi kedalaman akibat intensitas cahaya, suhu, kandungan mineral yang pada akhirnya menentukan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Seolah-olah terdapat dua lapisan yang terpisah, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang dapat mencapainya, ekosistem laut dibedakan menjadi ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal.

PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN

PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN :: Siapa yang harus disalahkan ? :

oleh : Irwanto, 2012

Apa penyebab kerusakan hutan di Indonesia? Siapa yang harus disalahkan? Tidak tahukah anda bahwa Hutan di Indonesia sangat rentan terhadap Kerusakan Hutan. Mengapa demikian? Beberapa penyebab kerusakan hutan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Hutan-hutan di Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis, ciri khas dari hutan ini mempunyai mekanisme “siklus hara tertutup”. Penampilan hutan hujan tropis yang begitu megah sebenarnya hanya tampakan luarnya saja, namun tanah-tanah di daerah ini adalah miskin hara. Sebagian besar unsur hara terkandung di dalam vegetasi yaitu pohon-pohon yang hidup di areal tersebut. Lebih dari 70 % unsur hara itu berada di dalam tegakan hutan sedangkan hanya kira-kira 30 % yang berada di dalam tanah.

Hal ini terjadi karena daerah tropis mempunyai curah hujan yang tinggi, sehingga proses “leaching” atau pencucian unsur hara berjalan dengan cepat. Selain itu jenis tanahnya sebagian besar tersusun dari partikel lempung kaolinite dan illite dengan kapasitas tukar kation yang rendah.

Bila terjadi penebangan, perambahan dan pembukaan lahan hutan, vegetasi diatasnya akan hilang sehingga tidak bisa menjamin kesuburan areal tersebut. Walaupun hutan termasuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun sampai batas tertentu melebihi “daya lenting” hutan akan sulit memperbaharui diri, perlu waktu ratusan tahun untuk kembali kepada kondisi semula. Kegiatan penebangan hutan dengan intensitas yang tinggi akan merusak hutan dan menghilangkan biodiversitas didalamnya. Beragam flora dan fauna akan punah karena habitatnya dirusak dan dimanfaatkan untuk kepentingan lain.



Selain dari kondisi alam yang menyebabkan rentannya hutan terhadap kerusakan, Indonesia tergolong dalam negara berkembang yang mempunyai angka kemiskinan yang cukup besar. Masyarakat miskin yang berjumlah sekitar 30 juta jiwa banyak menggantungkan hidupnya kepada alam terutama masyarakat miskin yang hidup di daerah sekitar hutan. Hutan menjadi sasaran eksploitasi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Mereka terpaksa merambah hutan untuk mencari makanan dan meningkatkan pendapatannya.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, ada beberapa faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab kerusakan hutan.

A. Kerusakan hutan akibat ulah manusia (human destructions)
  1. Illegal logging (Penebangan liar).
    Penebangan liar bukan saja dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sebagai tindakan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dan memenuhi kebutuhan keluarga. Kegiatan ini juga dilakukan oleh para pengusaha, bahkan pengusaha yang mendapat ijin HPH/IUPHHK juga melakukan penebangan liar di luar areal yang telah ditentukan. Penebangan liar yang terjadi dilakukan pada lahan hutan produksi, hutan lindung, sampai ke dalam kawasan konservasi termasuk di dalamnya kawasan Taman Nasional, Suaka Margasatwa, dan Suaka alam pun ikut ditebang. Untuk masalah penebangan liar ini harus dipikirkan dan dicari jalan keluarnya secara serius cara penanggulangan, agar hutan tidak dibabat sampai habis.
  2. Pembakaran hutan yang disengaja.
    Masyarakat membuka lahan dengan cara membakar, bila kebakaran ini tidak terkendali dapat meluas dan menyebabkan kebakaran hutan yang lebih besar. Dengan cara membakar dianggap pembukaan dan pembersihan lahan lebih mudah dan murah.
    Untuk menciptakan kondisi areal pertumbuhan yang baik pohon kayu putih pada hutan alam sering dilakukan pembakaran untuk mempermudah tumbuhan tersebut memperbaharui diri memunculkan tunas-tunas baru.
  3. Perambahan hutan.
    Perambahan hutan oleh masyarakat untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan dengan membabat dan menebang pohon merusak kondisi hutan alam. Masyarakat mengambil hasil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hutan dengan cara merusak. Ada juga perambahan hutan dilakukan karena diperalat oleh para “cukong” untuk mengincar kayu dan membuka lahan kelapa sawit.
  4. Perladangan berpindah.
    Pengertian dan definisi dari Perladangan berpindah adalah suatu sistem bercocok tanam yang dilakukan oleh masyarakat secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cara membuka lahan hutan primer maupun sekunder.
    Perladangan berpindah dilakukan oleh masyarakat tradisional dalam pengolahan lahan untuk menghasilkan bahan pangan. Bercocok tanam secara tradisional dilakukan dengan membuka lahan baru ketika hasil panen dari suatu lahan mulai menurun. Perladangan berpindah adalah warisan turun-temurun karena sudah menjadi tradisi dalam bercocok tanam.
    Perladangan berpindah memberikan kontribusi yang nyata terhadap kerusakan ekosistem hutan terutama pada pulau-pulau yang berukuran kecil. Selain itu perladangan berpindah dan kebakaran memiliki korelasi yang positif, karena musim berladang umumnya pada musim kemarau. Hasil penelitian menunjukan pada setiap musim kemarau terjadi kebakaran hutan karena faktor pembukaan lahan dengan cara membakar.
  5. Pertambangan.
    Usaha pertambangan yang dilakukan berbentuk pertambangan tertutup dan pertambangan terbuka. Pertambangan terbuka adalah pertambangan yang dilakukan di atas permukaan tanah. Bentuk Pertambangan ini dapat mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya; termasuk pertambangan yang dilakukan di areal hutan. Pertambangan terbuka menghilangkan semua vegetasi yang berada di permukaan karena tanah akan dieksploitasi dan diangkut untuk mengambil mineral tambang yang terkandung didalamnya.
  6. Transmigrasi.
    Tujuan utama program transmigrasi adalah untuk mengurangi kemiskinan dan kepadatan penduduk di pulau Jawa, memberikan kesempatan bagi orang yang mau bekerja, dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya di pulau-pulau lain seperti Papua, Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.
    Namun Kebijakan pemerintah untuk meratakan penduduk ke seluruh pelosok tanah air dengan program ini membawa dampak terhadap kerusakan hutan. Hutan dibuka untuk dibuat pemukiman transmigrasi, dan tiap transmigran mendapatkan lahan garapan seluas 2 hektar. Hutan primer maupun sekunder dibuka untuk kegiatan program pemerintah transmigrasi ini.
  7. Pemukiman penduduk.
    Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan dasar akan perumahan semakin meningkat. Terbatasnya daerah yang dapat digunakan sebagai daerah pemukiman membuat kegiatan ini dilakukan pada areal-areal yang ditetapkan sebagai kawasan lindung. Daerah-daerah yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, dipaksakan untuk dibuat pemukiman. Daerah berlereng terjal yang berbahaya juga ikut menjadi lokasi sasaran pembuatan rumah-rumah penduduk.
  8. Pembangunan perkantoran.
    Areal perkantoran tidak hanya terdapat pada daerah perkotaan yang ramai. Komplek perkantoran juga dibangun pada lahan-lahan hutan, terutama kabupaten yang baru dimerkarkan dari kabupaten induk. Kabupatenatau perangkat pemerintahan baru mencari dan membuka lahan hutan untuk membuat kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan juga untuk areal perkantoran. Pembangunan yang terjadi ini akhirnya perlu dilakukan alih fungsi lahan.
  9. Pembangunan infrakstruktur perhubungan seperti jalan, lapangan udara, pelabuhan kapal, dan lain-lain.
    Salah satu penyebab masih banyaknya masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan karena sulitnya jangkauan transportasi. Indonesia dikenal dengan negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 17.500 pulau, pulau besar maupun kecil. Masih banyak daerah-daerah yang terisolasi dan terbelakang karena belum adanya infrastruktur transportasi yang memadai.
    Pembangunan infrastruktur perhubungan merupakan hal mendesak yang perlu dilakukan. Namun pembangunan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Seperti pembangunan infrastruktur jalan, adakalanya harus memotong hutan pada kawasan lindung maupun kawasan konservasi. Cukup banyak contoh pembuatan jalan yang melewati daerah Hutan lindung, Kawasan Konservasi, Taman Nasional dan kawasan lainnya yang sebenarnya tidak boleh diadakan penebangan dan pembukaan hutan. Kerusakan hutan lain juga terjadi dalam pembangunan infrastruktur lapangan udara, pelabuhan kapal dan lain-lain.
    Pembangunan pelabuhan kapal yang dilakukan di pesisir pantai yang memiliki hutan pantai atau hutan mangrove sering merusakan keberadaan hutan-hutan tersebut. Dan banyak contoh lain yang dapat dilihat di sekitar kita, mengenai kerusakan lingkungan akibat pembangunan infrastruktur perhubungan.
  10. Perkebunan monokultur.
    Pembangunan perkebunan monokultur maupun hutan monokultur termasuk di dalamnya Hutan Tanaman yang dilakukan pada areal yang masih berhutan sering terjadi. Beberapa pengusaha yang hanya mencari keuntungan mengurus ijin konversi lahan menjadi perkebunan atau hutan tanaman, dengan sasaran tegakan tinggal yang ada pada areal tersebut dapat diambil dan dijual sebagai keuntungan. Kemudian mereka melakukan “land clearing” dan menanam tanaman-tanaman sejenis dengan pertimbangan ekonomis. Areal hutan yang terdapat beragam jenis dirubah menjadi tanaman sejenis atau monokultur. Tanaman monokultur ini sangat rentan terhadap bahaya erosi, penyebaran hama dan penyakit, dan penurunan biodiversitas.
  11. Perkebunan kelapa sawit.
    Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit telah dilakukan pada beberapa daerah di Indonesia. Investasi perkebunan kelapa sawit dilakukan oleh pengusaha dari dalam negeri maupun luar negeri terutama dari Malaysia. Dalam pertimbangan ekonomis dianggap sebagai sumber keuntungan yang besar. Beberapa pihak yang pernah terlibat dan merasakan akibat pembangunan perkebunan kelapa sawit menjadi sadar akan dampak negatif dari kegiatan tersebut terhadap lingkungan. Keseimbangan ekosistem menjadi terganggu akibat penurunan biodiversitas, pencemaran lingkungan dari input peptisida yang berlebihan, sulitnya seresah kelapa sawit terdekomposisi dan pemulihan lahan kepada kondisi semula memerlukan waktu yang sangat panjang.
  12. Konversi lahan gambut menjadi sawah.
    Proyek pembangunan satu juta hektar lahan gambut menjadi sawah pernah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan mempertahankan swasembada beras. Akibatnya lahan hutan gambut menjadi berkurang dan dampak negatif yang ditimbulkan seperti meningkatnya bahaya kebakaran hutan, memberikan sumbangan terhadap pemanasan global, berkurangnya keanekaragaman hayati dan dampak negatif lainnya.
  13. Penggembalaan Ternak dalam hutan.
    Walaupun tergolong kecil bila dibandingkan dengan penyebab kerusakan hutan yang lain, namun penggembalaan ternak di anggap sebagai salah satu penyebab kerusakan. Kerusakan hutan akibat penggembalaan ternak dengan cara, ternak tersebut mengkonsumsi daun-daun dan semai-semai yang merupakan tumbuhan permudaan sebagai regenerasi dari hutan tersebut. Kerusakan lain yang terjadi juga seperti kerusakan batang akibat gigitan dan gesekan tanduk ternak. Pengembalaan ternak di dalam hutan menyebabkan pemadatan tanah hutan karena diinjak-injak oleh ternak. Hal ini akan mempengaruhi proses infiltrasi atau menyerapnya air ke dalam tanah menjadi berkurang sehingga proses runoff meningkat yang menyebabkan erosi di permukaan tanah.
  14. Kebijakan pengelolaan hutan yang salah.
    Kerusakan hutan juga dapat terjadi karena kebijakan yang dibuat lebih memperhatikan dampak ekonomis dibandingkan dengan dampak ekologis. Selain itu juga perbedaan persepsi tentang kelestarian hutan kadang terjadi karena dasar pemahaman yang berbeda. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa kebijakan pengelolaan hutan yang salah dari pemerintah sebagai suatu “pengrusakan hutan yang terstruktur” karena kerusakan tersebut didukung oleh perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
    Persepsi dan pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam terutama mengolah lahan-lahan milik mereka dengan menanam tanaman semusim yang lebih cepat menghasilkan dibanding dengan tanaman berumur panjang termasuk tanaman kehutanan.
  15. Serangan hama dan penyakit.
    Penyebaran hama secara luas dalam suatu hutan dapat terjadi diakibatkan oleh penggunaan peptisida yang berlebihan. Hama dan penyakit menjadi resisten dan tidak dapat dibasmi malah berkembang dengan pesat kemudian menyerang tumbuh-tumbuhan dan pohon di dalam suatu areal hutan.
B. Kerusakan hutan akibat alam (natural disasters).
  1. Kebakaran hutan
    Kebakaran hutan merupakan penyebab kerusakan hutan yang setiap tahun terjadi di Indonesia, bila musim kemarau berkepanjangan pada suatu daerah. Indonesia ditunding sebagai negara pengekspor asap kebakaran hutan ke negara-negara tetangga. Selain dapat memusnahkan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan fauna di sekitarnya, kebakaran hutan menghasilkan asap yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan keselamatan penerbangan.
    Api yang timbul pada kebakaran hutan terjadi akibat gesekan batang atau cabang pohon. Dari penginderaan jauh lewat satelit dapat dilihat "hot spot" yang muncul di dalam areal hutan bila terjadi suatu kebakaran hutan.
    Selain musim kemarau yang berkepanjangan sebagai salah satu faktor penyebab terjadi kebakaran hutan, ada juga beberapa faktor pemicu terjadi kebakaran hutan yaitu pembukaan lahan gambut sehingga sinar matahari masuk ke lantai hutan dan menyebabkan areal gambut menjadi kering dan mudah terbakar.
  2. Letusan Gunung Berapi.
    Bencana alam gunung meletus merupakan suatu daya alam yang dapat merusak hutan dan habitat satwa liar bahkan memusnakan kehidupan yang ada di wilayah tersebut. Gunung meletus adalah gejala vulkanis yaitu peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat serta sangat panas yang berada dalam perut bumi. Aktifitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi. Peristiwa vulkanik yang terdapat pada gunung berapi setelah meletus (post vulkanik), antara lain: terdapatnya sumber gas H2 S, H2O,dan CO2 dan Sumber air panas atau geiser. Sumber gas ini ada yang sangat berbahaya bagi kehidupan.
  3. Naiknya air permukaan laut dan tsunami
    Permukaan air laut yang naik termasuk didalamnya bencana tsunami dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Hutan-hutan di bagian pesisir menjadi rusak karena aktivitas alam ini. Walaupun hutan-hutan di pesisir dianggap suatu cara untuk mengurangi dampak kerusakan dari tsunami tetapi hutan tersebut juga ikut terkena dampaknya.

PENGERTIAN REBOISASI DAN PENGHIJAUAN

PENGERTIAN REBOISASI DAN PENGHIJAUAN

Pengertian dan definisi reboisasi dan penghijauan ditinjau dari aspek rehabilitasi atau pemulihan lahan kritis, sebenarnya istilah dan arti kata ini hampir sama. Perbedaan arti kedua istilah tersebut pada "sasaran lokasi" dan "kesesuaian jenis tanaman" yang ditanam pada masing-masing lokasi kegiatan.
Reboisasi merupakan kegiatan penghutanan kembali kawasan hutan bekas tebangan maupun lahan-lahan kosong yang terdapat di dalam kawasan hutan (Manan 1978). Reboisasi meliputi kegiatan permudaan pohon, penanaman jenis pohon lainnya di area hutan negara dan area lain sesuai rencana tata guna lahan yang diperuntukkan sebagai hutan. Dengan demikian, membangun hutan baru pada area bekas tebang habis, bekas tebang pilih, atau pada lahan kosong lain yang terdapat di dalam kawasan hutan termasuk reboisasi (Kadri dkk, 1992).
Penghijauan merupakan kegiatan penanaman pada lahan kosong di luar kawasan hutan, terutama pada tanah milik rakyat dengan tanaman keras, misalnya jenis-jenis pohon hutan, pohon buah, tanaman perkebunan, tanaman penguat teras, tanaman pupuk hijau, dan rumput pekan ternak. Tujuan penanaman agar lahan tersebut dapat dipulihkan, dipertahankan, dan ditingkatkan kembali kesuburannya. (Manan 1976; Supriyanto,1984). Menurut (Kadri dkk, 1992) upaya yang termasuk dalam rangkaian kegiatan penghijauan, yang sudah disebutkan berupa pembuatan bangunan pencegah erosi tanah, misalnya pembuatan sengkedan (teras) dan bendungan (check dam) yang dilakukan pada area di luar kawasan hutan.

Manfaat Penanaman Pohon

Manfaat Penanaman Pohon

Manfaat Penanaman Pohon sangat banyak dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.Apalagi sekarang lagi masalah Global Worming jalan satu-satunya adalah Penanaman Pohon.Penanaman pohon dapat mengurangi dampak pemanasan global dengan kemampuan pohon dalam menyerap emisi karbon yang merupakan penyebab terjadinya pemanasan global
Pohon sering diartikan sebagai tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Ada pohon yang berbatang keras dan besar tetapi tidak berbuah yang disebut pohon kayu seperti. pohon kayu besi,  meranti, mahoni dan sebagainya. Ada juga pohon yang berbatang keras dan besar yang menghasilkan buah yang disebut pohon buah seperti pohon durian mangga nangka dan sebagainya.
Pohon kayu atau pohon buah tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat  pohon beberapa diantaranya adalah :
1.   Manfaat estetis (keindahan), pohon memiliki beberapa bentuk tajuk yang khas, sehingga menciptakan keindahan tersendiri. Oleh karena itu, apabila di susun secara berkelompok dengan jenis yang sama pada masing-masing kelompok dapat menciptakan keindahan atau suasana yang nyaman. Struktur bangunan tanpa di imbangi dengan pohon, akan terasa gersang, sebaliknya apa bila di sekitarnya di tanami pohon serta di tata dengan baik akan nampak hijau dan asri.
2.   Manfaat Orologis,  akar pohon dan tanah merupakan satu kesatuan yang kuat, sehingga mampu mencegah erosi atau pengikisan tanah
3.   Manfaat Hidrologis,  dalam hal ini di maksudkan bahwa tanaman pada dasarnya akan menyerap air hujan. Dengan demikian, banyaknya kelompok pohon-pohon akan menjadikan daerah sebagai daerah persediaan air tanah yang dapat memenuhi kehidupan bagi manusia dan makhluk lainnya
4.   Manfaat Klimatologis,  dengan banyaknya pohon, akan menurunkan suhu setempat, sehingga udara sekitarnya akan menjadi sejuk dan nyaman. Maka, kehadiran kelompok pohon-pohon pelindung sangat besar artinya.
5.   Manfaat Edaphis,  ini manfaat dalam kaitan tempat hidup binatang. Dilingkungan yang penuh dengan pohon, satwa akan hidup dengan tenang karena lingkungan demikian memang sangat mendukung.
6.   Manfaat Ekologis,  lingkungan yang baik adalah seimbang antara struktur buatan manusia dan struktur alam. Kelompok pohon atau tanaman, air, dan binatang adalah bagian dari alam yang dapat memberikan keseimbangan lingkungan.
7.   Manfaat Protektif,  manfaat protektif adalah manfaat karena pohon dapat memberikan perlindungan, misalnya terhadap terik sinar matahari, angin kencang, penahan debu, serta peredam suara. Disamping juga melindungi mata dari silau.
8.   Manfaat Hygienis, adalah sudah menjadi sifat pohon pada siang hari menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat di perlukan oleh manusia, dan sebaliknya dapat menyerap CO2 (karbondioksida) yaitu udara kotor hasil gas buangan sisa pembakaran. Jadi secara hygienis, pohon sangat berguna bagi kehidupan manusia.

Mengenal Tanaman Apotek Hidup dan Khasiatnya

Mengenal Tanaman Apotek Hidup dan Khasiatnya

Pada tanggal 23 Maret 2013, tim pelaksana membawa beraneka tanaman apotek hidup ke Sekolah Alam Bengawan Solo. Kegiatan di hari ini adalah mengenalkan siswa SABS dengan tanaman apotek hidup dan khasiatnya. Beberapa dari mereka mungkin sudah cukup familiar dengan beberapa jenis tanaman itu, namun sebagian besar belum mengetahui manfaat dari tanaman-tanaman tersebut.
Bentuk kegiatan pada hari ini disusun menjadi sebuah game, untuk menghindari kejenuhan siswa dalam mempelajari tanaman apotek hidup. Langkah pertama adalah menyuruh siswa untuk memilih kertas-kertas yang disiapkan kemudian mencari pasangan tim mereka sesuai dengan jenis tanaman yang tertulis di kertas tersebut. Pada salah satu kertas tersebut sudah tergambar dan tertulis nama tanaman, sedangkan pada kertas lainnya tertulis nama tanaman dan fungsinya. Setalah mereka membentuk tim, aturan main  selanjutnya adalah petualangan di sekitar SABS untuk mencari tanaman-tanaman, yang sebelumnya sudah disembunyikan di tempat-tempat sekitar area permainan oleh tim pelaksana. Tempat penyembunyian tanaman tersebut memang tidak didesain sulit ditemukan, karena tujuan permainan ini adalah siswa dapat mengenali tanaman apotek hidup satu dengan yang lain, sehingga siswa akan belajar membedakan satu tanaman dengan tanaman laiinya.  Setelah semua kelompok menemukan   tanaman yang dicari,  tahap selanjutnya adalah mempresentasikan tanaman yang mereka temukan.
Setiap tim mempresentasikan nama dan khasiat tanaman serta menunjukkan tanaman yang telah mereka temukan kepada teman-teman mereka, kegiatan ini bertujuan menambah pengetahuan setiap siswa terkait tanaman apotek hidup. Sehingga siswa tidak hanya mengetahui tanaman yang dia temukan akan tetapi juga mengetahui tanaman-tanaman lainnya. Setelah semua tim selesai mempresentasikan tanamannya, kegiatan selanjutnya adalah menanam tanaman apotek hidup bersama-sama di lingkungan lingkungan sekolah.

9/26/14

Cara Menanam Anggur dengan Stek Batang

Tahap Persiapan

1.  Batang Anggur segar.
Siapkan terlebih dahulu bibit Anggur siap semai berupa batang segar yang baru dipangkas dari pohon induknya. Apabila Anda belum memiliki bibit tersebut, mungkin bisa membeli terlebih dahulu di Toko Tanaman milik DaunKu. Silahkan klik disini untuk melihat katalog bibitnya!
2.  Media Tanam.
Media tanam yaitu berupa campuran tanah humus dan pasir, dengan perbandingan 1:1. Sebelum digunakan untuk menanam, pastikan bahwa tanah dan pasir yang dijadikan media tanam tidak tercampur dengan material lain, seperti sampah, kerikil, ranting pohon, dan lain sebagainya. Serta jangan sampai ada serangga yang ikut tercampur di dalamnya.
Selain itu, siapkan juga pot atau polybag untuk tempat penanamannya. Tidak perlu ukuran besar, cukup ukaran kecil atau sedang. Karena, penanaman masih dalam tahap semai (stek batang).
3.  Fungisida dan Vitamin B1.
Silahkan beli dua produk ini di toko pertanian terdekat. Anda sangat membutuhkannya demi kelangsungan hidup tanaman Anggur Anda. Sementara untuk harga, terbilang cukup murah. Lagi pula tidak perlu beli banyak-banyak, secukupnya saja.
4.  Plastik Transparan.
Siapkanlah plastik transparan untuk digunakan sebagai sungkup batang stek. Pastikan bahwa besar atau panjang plastik mampu menutupi seluruh bagian batang stek.

Langkah Penyemaian


1.  Oleskan cairan Fungisida dan Vitamin B1 pada pangkal batang stek. Penggunaan Vitamin B1 berfungsi supaya merangsang pertumbuhan akar. Sementara Fungsida berguna untuk menghindari adanya bakteri dan parasit yang menyerang pangkal batang sekaligus akar barunya.
2.  Siapkan media tanam (campuran tanah dan pasir) pada media pot atau polybag.
3.  Tancapkan batang stek dalam media tanam tersebut secara perlahan dan hati-hati. Jangan lupa padatkan media tanam supaya batang stek tertanam kokoh.
4.  Berikan sungkup plastik transparan menutupi seluruh bagian batang stek, agar kelembaban pada batang stek dapat terjaga.
5.  Kemudian siram dengan air hingga seluruh media tanam basah. Namun jangan sampai menggenang, karena akan memicu pembusukan pada batang stek.
6.  Letakkan semaian stek batang tersebut di tempat yang teduh dan sejuk, supaya proses tumbuh bisa berjalan dengan lancar.
7.  Setelah tumbuh mata tunas sepanjang 1 cm, lepaslah sungkup agar pertumbuhan tunas tidak terganggu. Tunggulah sampai tunas tersebut tumbuh hingga berukuran kurang lebih 10cm.
8.  Apabila tunas telah mencapai panjang 10cm, maka pindahkan bibit ke tempat yang terkena sinar matahari pagi. Sementara untuk sinar matahari siang dan sore harus dihindari dulu.
9.  Selanjutnya, apabila tunas telah mencapai panjang 20cm, maka silahkan pindah ke tempat yang terkena sinar matahari penuh (pagi hingga sore). Dan bibit tersebut dapat dipindah ke media tanam lain atau di lahan tanah pekarangan rumah maupun kebun.radifpendukungdmasiv@ymail.com